Selasa, 15 Juni 2010

KAIDAH 2

Kaidah 2

Apabila ada و atau ي terletak pada kalimah fi’il dan huruf sebelum و atau ي tersebut adalah huruf shohih yang mati maka harokatnya harus dipidah kepada huruf sebelumnya.

Contoh I’lal :

يَقُومُ asalnya يَقْوُمُ mengikuti wazan يَفْعُلُ

harokat
و dipindahkan kepada huruf sebelumnya karena و terletak pada fi'il mudhori' dan huruf sebelumnya adalah huruf shohih yang mati. Sehingga lafadz يَقْوُمُ berubah menjadi يَقُومُ
Kaidah 2
Apabila ada و taua ي terletak pada kalimah fi’il dan huruf sebelum و atau ي tersebut adalah huruf shohih yang mati maka harokatnya harus dipidah kepada huruf sebelumnya.
Contoh I’lal : يَقُومُ asalnya يَقْوُمُ mengikuti wazan يَفْعُلُ

Kaidah 1

Kaidah 1

Apabila ada و atau ي yang berharokat jatuh setelahnya harokat fathah maka و atau ي tersebut harus digani dengan alif.

Contoh I’lal:

Lafadz قَالَ asalnya قَوَلَ mengikuti wazan فَعَلَ

Pada lafadz قَوَلَ terdapat و yang berharokat dan jatuh setelahnya harokat fathah maka و harus diganti dengan alif. Sehingga lafadz قَوَلَ berubah menjadi قَالَ .

Minggu, 13 Juni 2010

FI'IL

FI’IL (KATA KERJA)

Mungkin kita sudah sangat mengerti tentang apa itu kata kerja yang dalam bahasa arab disebut sebagai fi’il. Fi’il atau kata kerja adalah kata yang mengandung waktu yaitu waktu lampau (past), sekarang (present) dan akan datang (future). Selain mengandung waktu sebuah kata kerja juga dicirikan dengan memiliki pelaku baik orang pertama, kedua ataupun ketiga.

Contoh :
Waktu lampau (fi’il madhi) قَرَأَ ( Dia telah membaca)
Waktu sekarang dan akan datang ( fi’il mudhori’) يَقْرَأُ ( Dia sedang membaca)
Waktu sekarang (fi’il amar) إِقْرَأْ ( Bacalah..!)
Sebelum membahas lebih jauh tentang kata kerja, perhatikan terlebih dahulu bagan Fi’il berikut

1. Fi’il Madhi

Adalah kata kerja yang menunjukkan arti lampau/past tense.

Contoh :
كَتَبَ زَيْدٌُ (Zaid telah menulis)
قَرَأَ مُحَمَّدٌُ الْكِتاَبَ (Muhammad telah membaca buku)

Fi’il madhi bersifat mabni yaitu mabni fathah ( Huruf terakhirnya selalu berharokat fathah) sebagaimana contoh diatas.

Kecuali :

a. Apabila bertemu dengan و jamak maka bermabni dhommah seperti pada contoh كَتَبُوْا ( huruf ب berharokat dhommah karena bertemu dengan و jamak).

b. Apabila bertemu dengan dhomir mutaharrik mahal rofa’ maka bermabni sukun. Dhomir mutaharrik mahal rofa’ adalah kata ganti yang berposisi sebagai subyek.

Untuk lebih jelasnya perhatikan macam-macam fi’il madhi berdasarkan dhomir (pelakunya).

2. Fi’il Mudhori’

Adalah kata kerja yang menunjukkan arti sekarang dan akan datang/present dan future.

Huruf awal fi’il mudhori’ adalah salah satu dari huruf ت ,ي ,ن ,ا .

Contoh : اَفْعُلُ , يَفْعُلُ , تَفْعُلُ , نَفْعُلُ

Perbedaan dari ke-4 contoh fi’il mudhori’ di atas adalah terletak pada pelakunya.
Berbeda dengan fi’il madhi, fi’il mudhori’ adalah bersifat mu’rob. Artinya harokat akhir fi’il mudhori’ bias berubah-ubah tergantung pada ‘amil yang memasukinya.

Contoh :

يَجْلِسُ مُحَمَّدٌُ (Muhammd sedang duduk)
اَناَ لَنْ يَجْلِسَ ( Saya tidak akan duduk)
هُوَ لَمْ يَجْلِسْ ( Dia tidak sedang duduk)

Perhatikan ketiga contoh fi’il mudhori’ di atas. Harokat akhir ketiganya berubah-ubah sesuai denga ‘amil yang memasukinya.

3. Fi’il Amar.

Adalah kata kerja yang menunjukkan arti perintah melaksakan sesuatu.
Fi’il amar bersifat mabni yaitu mabni sukun untuk kata kerja yang huruf akhinya shohih (huruf hijaiyah selain ي ا و ). Dan bermabni hadzfi harfil ‘illat (membuang huruf ‘illat) apabila huruf akhirnya berupa huruf ‘illat (ي ا و ).

Contoh :

إِجْلِسْ ( duduklah), إِقْرَأْ ( Bacalah), أُغْزُ (Berperanglah)
Perhatikan ke-3 contoh diatas. Contoh 1 dan 2 bebmabni sukun karena huruf akhirnya adalah huruf shohih. Sedangkan contoh ke-3 bermabni membuang huruf ‘illat karena huruf akhirnya adalah huruf ‘illat yaitu و. Jadi أُغْزُ itu asalnya adalah أُغْزُوْ mengikuti wazan أُفْعُلْ .

ISIM BERDASARKAN KEJELASANNYA

Berdasarkan kejelasannya, isim terbagi menjadi 2 macam yaitu :

1. ISIM NAKIROH

Adalah isim yang menunjukkan makna umum atau belum jelas kekhususannya. Dengan kata lain bahwa isim tersebut belum pasti/tertentu atau dapat menimbulkan pertanyaan “…yang mana?”

Contoh : رَجُلٌُ ( Orang laki-laki), وَلَدٌُ ( Seorang anak laki-laki), اُسْتاَذٌُ (Pak Guru), كِتاَبٌُ (Buku)

Ciri dari isim nakiroh adalah keberadaan tanwin dan ketiadaan alif lam sebagaimana contoh diatas.

Adakah isim nakiroh yang tidak bertanwin dan tidak ber-alif lam? Jawabnya ada. Yaitu Isim Mustanna dan Jamak Mudzakar Salim. (Bisa dilihat pada bab pembagian isim berdasarkan bilangannya)

Contoh : رَجُلاَنِ ( dua orang laki-laki), رَجُلُوْنَ (orang-orang laki-laki)

2. ISIM MA’RIFAT

Adalah isim yang menunjukkan makna khusus atau sudah jelas kekhususannya. Dengan kata lain isim tersebut telah diketahui secara pasti/tertentu atau tidak lagi menimbulkan pertanyaan “… yang mana?”.

Contoh : الرََّجُلُ ( Orang laki-laki itu), اَلْوَلَدُ (Anak laki-laki itu ), مُحَمَّدٌُ (Nama orang)
Untuk lebih jelasnya dalam memahami perbedaan antara isim nakiroh dan isim ma’rifat, lihat table ini.

Sedangka isim-isim yang termasuk isim ma’rifat adalah :

1.Isim yang diawali dengan alif lam.
2.Isim Dhomir (Kata Ganti/Pronoun)
3.Isim Maushul (Kata Sambung)
4.Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
5.Isim yang diawali dengan huruf munada (huruf panggilan).
6.Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda)
7.Isim nakiroh yang disandarkan pada isim ma’rifat

ISIM MA'RIFAT

ISIM MA’RIFAT

Adalah isim yang menunjukkan makna khusus atau sudah jelas kekhususannya. Dengan kata lain isim tersebut telah diketahui secara pasti atau tidak lagi menimbulkan pertanyaan “… yang mana?”.

Yang termasuk isim ma’rifat adalah :

1. Isim yang diawali dengan alif lam.

Isim nakiroh apabila ditambah alif lam akan berubah menjadi isim ma’rifat.

Contoh : الرََّجُلُ ( Orang laki-laki itu), اَلْوَلَدُ (Anak laki-laki itu).

2. Isim Dhomir (Kata Ganti)

Dhamir atau "kata ganti" ialah Isim yang berfungsi untuk menggantikan atau mewakili penyebutan sesuatu/seseorang maupun sekelompok benda/orang.

Macam-macam isim dhomir yang lain dapat dilihat pada table berikut

Contoh:

يَرْحَمُ اْلأَوْلاَدَ أَحْمَدُ = Ahmad menyayangi anak-anak
هُوَ يَرْحَمُهُمْ = Dia menyayangi mereka

Pada contoh di atas, kata أَحْمَدُ diganti dengan هُوَ (=dia), sedangkan الأَوْلاَد (=anak-anak) diganti dengan هُمْ (=mereka).


Menurut fungsinya, isim dhomir digolongkan menjadi 2 yaitu :

1) DHAMIR RAFA'/MUTTASHIL ( yang berfungsi sebagai Subjek)
2) DHAMIR NASHAB/MUNFASHIL (yang berfungsi sebagai Objek)

Dhamir Rafa' dapat berdiri sendiri sebagai satu kata sehingga biasa disebut dhomir muttashil, sedangkan Dhamir Nashab tidak dapat berdiri sendiri atau harus terikat dengan kata lain dalam kalimat sehingga disebut dhomir munfashil.

Dalam kalimat: هُوَ يَرْحَمُهُمْ (= Dia menyayangi mereka):
  • Kata هُوَ (=dia) adalah Dhamir Rafa', sedangkan
  • Kata هُمْ (=mereka) adalah Dhamir Nashab.
Berikut adalah daftar dhomir rofa’ dan dhomir nashob

3. Isim Maushul (Kata Sambung)

Adalah isim yang berfungsi untuk menerangkan, sebagai perantara kata yang disebutkan sesudahnya. Dalam bahasa indonsia biasa diartikan dengan “yang”

Contoh : الَّذِي (yang,untuk mudzakar), الَّتِي (yang, untuk muannast)

4. Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)

Adalah isim yang berfungsi untuk menunjukkan sesuatu. Dalam bahasa Indonesia biasa diartikan dengan “ini” dan “itu”.

Contoh :
هَذًا (ini, untuk mudzakar), هَذِهِ (ini, untuk muannast)
ذَالِكَ (itu, untuk mudzakar), تِلْكَ (itu, untuk muannast)

5. Munada

Adalah isim yang menjadi ma’rifat Karena kemasukan huruf panggilan (nida’)

Contoh : ياَ رَجُلُ (wahai laki-laki), ياَ اُسْتاَذُ (wahai guru)

6. Isim ‘Alam ( Nama orang atau benda)

Adalah isim yang menunjukkan arti nama baik nama manusia ataupun selain manusia.

Contoh : مُحَمَّدٌُ (Muhammad), مَكَّةَ (Kota Makkah), النِّيْلُ (Sungai Nil)

7. Isim nakiroh yang rangkai dengan isim ma’rifat

Isim nakiroh akan menjadi ma’rifat apabila bersambung dengan isim ma’rifat.

Contoh : قَلَمُ مُحَمَّدٍِ (Pena Muhammad), قَلَمُهُ (Pena-nya).

Kata قَلَمٌُ adalah isim nakiroh, tetapi menjadi ma’rifat karena dirangkai dengan dengan isim ma’rifat yaituمُحَمَّدٍِ (isim ‘alam) dan kata هُ (isim dhomir).

PEMBAGIAN ISIM BEDASARKAN PERUBAHAN HAROKAT AKHIR

PEMBAGIAN ISIM BEDASARKAN PERUBAHAN HAROKAT AKHIR

1. Isim Mu’rob

Adalah isim yang bisa berubah harokat akhirnya karena kemasukan ‘amil.
‘Amil adalah sesuatu yang bisa menyebabkan akhir suatu kalimah (kata) dibaca berbeda-beda.

Contoh :
جاَءَ مُحَمَّدٌُ ( Muhammad telah datang)
رَأَيْتُ مُحَمَّدًَا ( Saya telah melihat Muhammad)
مَرَرْتُ بٍِمُحَمَّدٍِ ( Saya berjalan dengan Muhammad)

Perhatikan kata مُحَمَّدُ pada ke-3 kalimat diatas. Pada kalimat pertama berharokat dhommah, pada kalimat ke-2 berharokat fathah, sedangkan pada kalimat ke-3 berharokat kasroh. Terjadinya perbedaan harokat akhir tersebut disebabkan oleh berbedanya ‘amil yang masuk pada kata tersebut yaitu جاَءَ , رَأَيْتُ, dan مَرَرْتُ. Apabila suatu isim mengalami perubahan pada bagian akhirnya ketika dimasuki oleh ‘amil yang berbeda, maka isim tersebut masuk dalam kategori isim mu’rob.

2. Isim Mabni

Adalah isim yang tidak mengalami perubahan pada bagian akhirnya walaupun kemasukan ‘amil.
Yang termasuk isim mabni diantaranya adalah :

1. Isim Dhomir (Kata Ganti)
2. Isim Isyaroh (Kata Tunjuk)
3. Isim Maushul (Kata Hubung)
4. Isim Syarat ( Isim yang memerlukan fi’il syarat dan jawabnya)
5. Isim Istifham(Kata Tanya)